Sejarah Sumpah Pemuda 28 Oktober

  

Sejarah Sumpah Pemuda : Semangat Pemuda Menuju Indonesia Gemilang - Hari ini tanggal 28 Oktober 2018, bertepatan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda yang ditetapkan pada tanggal 28 Oktober 1959 melalui Keppres No.316 tahun 1959.
   
    Sumpah pemuda dilatarbelakangi oleh tekad pemuda pemudi Indonesia yang ingin mempersatukan anak bangsa dari seluruh Nusantara. Hal ini mendorong semangat seorang tokoh yang bernama Satiman untuk menyatukan anak bangsa, dan menjadi tokoh utama penggerak pergerakan pemuda Indonesia. 



    Melalui wadah Tri Koro Dharmo yang dibentuk pada tanggal 7 Maret 1915, pemuda pemudi berkumpul dan membuat perhimpunan pemuda. Tri Koro Dharmo merupakan wadah awal perhimpunan pemuda yang memiliki arti '3 Tujuan Mulia' yakni Sakti, Budi, Bakti. Tri Koro Dharmo bertujuan untuk merubah pandangan pemuda akan kondisi yang terjadi di Indonesia kala itu.

Menelusuri Perjuangan R.A Kartini (Tokoh Emansipasi Wanita)

    Namun karena desakan agar keanggotaan Tri Koro Dharmo lebih luas maka namanya diganti menjadi Jong Java yang dapat menerima pelajar dari daerah Jawa, Madura, Bali dan Lombok. 
Salah satu target dari organisasi ini adalah untuk memberantas banyaknya jumlah buta huruf dikalangan pemuda pemudi kala itu. 
    Untuk menyebar luaskan tentang pentingnya peran Pemuda bagi bangsa, maka Jong Java menyelenggarakan berbagai kongres.



    Sebelum berdirinya Tri Koro Dharmo ternyata sudah ada perhimpunan pemuda yang berdiri tahun 1908 bernama Perhimpunan Indonesia. Namun organisasi ini hanya mencakup pemuda pemudi Indonesia yang kuliah di Belanda dan belum menunjukan peran aktifnya di Indonesia. Kondisi tersebut berubah ketika masuklah tokoh-tokoh aktif seperti misalnya Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hajar Dewantara dalam organisasi Perhimpunan Indonesia pada tahun 1913. Dan hal ini menjadi langkah awal munculnya tokoh-tokoh aktif lainnya yang menjadi pendorong kemerdekaan RI seperti Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Barulah ketika para Mahasiswa Perhimpunan Indonesia kembali ke Tanah Air, mereka menyadari kepentingan bersama dan mengurangi perpecahan demi tujuan Merdeka.

   Dalam buku 45 Tahun Sumpah Pemuda yang diterbitkan tahun 1974 oleh Museum Sumpah Pemuda, yang menyatakan bahwa setelah Perhimpunan Indonesia dan Jong Java mulai muncul organisasi-organisasi pemuda lainnya seperti Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islaminten Bon, Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) dan masih banyak lagi.
    Mereka mulai merasa membutuhkan dukungan yang besar untuk bisa bersatu, dan muncullah inisiatif untuk mengadakan Kongres Pemuda. Dan mulailah pada Kongres Pemuda I yang terjadi pada tanggal 30 April -  2 Mei 1926. Di dalam kongres tersebut mereka memberikan ceramah-ceramah dan musyawarah2 tentang tujuan dan kemerdekaan Indonesia. Namun pada kongres pertama ini belum mampu untuk menyatukan persatuan Indonesia karena masih ada ego dan sifat kedaerahan masing-masing.

   Lambat laun mereka mulai sadar bahwa ego kedaerahannya akan menghambat persatuan Indonesia dan mempersulit untuk mencapai kata MERDEKA.

   Lalu pada tanggal 27 sampai 28 Oktober 1928 diadakan Kongres Pemuda II yang dihadiri oleh wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Islaminten Bon, Jong Ambon, Jong Sumatranen Bon dan sebagainya, serta pengamat pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Law Tjoan Hok dll.

   Kongres Pemuda II ini dibagi menjadi 3 Sesi dan 3 tempat yang berbeda.
Rapat pertama dilaksanakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond pada tanggal 27 Oktober 1928. Pada kongres ini Ketua PPPI Soegondo Djojopoespito mengharap agar kongres ini dapat meningkatkan semangat persatuan. Dan Moehammad Yamin menguraikan tentang hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya ada 5 faktor pemersatu bangsa yaitu, Sejarah, Bahasa, Hukum adat, Pendidikan dan kemauan.

    Rapat Kedua dilaksanakan di Gedung Oost-Java Bioscoop pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada kongres ini membahas tentang pendidikan, yang disampaikan oleh Poernomo Woelan dan Sarmidi Mangoensarkoro. Mereka berpendapat bahsa anak harus mendapatkan pendidkan kebangsaan dan harus ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan dirumah. Dan anak juga harus diajarkan pendidikan demokrasi.
    Pada Rapat Ketiga sekaligus penutup, dilaksanakan di Gedung Indonesische Clubgebouw dijalan Kramat Raya 106. Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan , gerakan kepemudaan tidak dapt dipisahkan dari pergerakan nasional. 

Kongres Pemuda II tersebut terdiri dari beberapa kepanitiaan yakni :
Ketua : Soegondo Djojopoespito
Wakil Ketua : R.M Djoko Marsaid
Sekretaris : Mohammad Jamin
Bendahara : Amir Sjarifudin
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai
Pembantu II : R. Katja Soengkana
Pembantu III : Senduk
Pembantu IV : Joehanes Leimena
Pembantu V : Rochjani Soe'oed
Dan para pesertanya berjumlah 69



Rumusan Sumpah Pemuda ditulis oleh Mohammad Jamin pada sebuah kertas ketika Sunario sebagai utusan kepanduan sedang berpidato pada rapat terakhir kongres pemuda II. Dan ikrar sumpah pemuda dibacakan oleh Soegondo Djojopoespito yang berisi :

Kalimat pertama : Kami Poetra Dan  Poetri Indonesia Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe. Tanah Indonesia
Kalimat kedua : Kami Poetra dan Poetri Indonesia Mengakoe Berbangsa Jang Satoe. Bangsa Indonesia
Kalimat ketiga : Kami Poetra Dan Poetri Indonesia Mendjoendjoeng Tinggi Bahasa Persatoen. Bahasa Indonesia

Nah itulah sejarah Pumpah Pemuda, semoga pemuda pemudi Indonesia dapat menjadi pemuda pemudi yang kreatif dan inovatif dan selalu unggul dalam persaingan global serta memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.